
Polisi Lebanon pun merespons dengan menembakkan gas air mata. Laporan kantor berita Inggris Reuters, kericuhan bermula dari aksi 5.000 massa antipemerintah yang melempari aparat keamanan dengan batu.
Massa lalu mencoba merusak pembatas yang dipasang di Martyrs Square di pusat kota Beirut, untuk masuk ke gedung parlemen. Aksi tersebut memicu kericuhan antara demonstran dan polisi.
Belum diketahui apakah ada korban jiwa atau luka akibat kericuhan tersebut.
Massa di Lebanon turun ke jalan sebagai bentuk protes kepada Pemerintah Lebanon. Massa yang marah menuduh ledakan pada Selasa (4/8) merupakan buntut ketidakmampuan Pemerintah mengurus Lebanon.
"Kami sudah tidak percaya Pemerintah." ucap Celine mahasiswa Lebanon yang ikut demo, seperti dikutip dari Reuters.
"Saya berharap PBB segera ambil alih Lebanon," sambung dia.
Seorang demonstran lain, Maryse Hayek menyebut bahwa Pemerintahan Lebanon saat ini korup. Oleh sebab itu, Lebanon semakin terjerembab ke krisis politik, ekonomi, dan keamanan.
"Saya harap negara lain segera mengambil alih kami. Pemimpin kami orang-orang paling korup," ucap Hayek.
Insiden meledaknya amonium nitrat di Lebanon semakin menambah penderitaan warga Lebanon.
Bukan cuma karena menelan ratusan korban jiwa, ledakan terjadi saat Lebanon mengalami krisis ekonomi dan berjuang keluar dari pandemi virus corona.
0 komentar:
Posting Komentar