Hatshepsut ini bisa dibilang salah satu wanita paling tangguh di Mesir kuno. Setelah kematian suaminya, Thutmose II, Hatshepsut menjabat sebagai penguasa sementara untuk keponakan atau anak tirinya, Thutmose III yang masih bayi, namun akhirnya ia mengukuhkan dirinya sebagai Firaun Kelima dari Dinasti ke-18. Kira-kira 22 tahun masa pemerintahan Hatshepsut umumnya dianggap sebagai salah satu masa paling makmur dari Mesir dan prestasi besar yang dicapai oleh firaun wanita yang luar biasa ini, termasuk pembangunan kuil makamnya di Deir el-Bahri.
Kuil Hatshepsut
The Mortuary Temple of Hatshepsut dikenal orang Mesir kuno sebagai Djeser-Djeseru (Maha Kudus), dan dikatakan membutuhkan waktu 15 tahun untuk menyelesaikannya, yaitu antara tahun ke 7 hingga tahun ke 22 dari pemerintahan Hatshepsut. Pembangunan kuil makam ini diawasi oleh Senenmut, arsitek kerajaan Hatshepsut, yang, menurut beberapa orang, juga kekasihnya. Terlepas dari itu, produk akhir Senenmut adalah sebuah monumen yang mengesankan yang memungkinkan ibadah anumerta Hatshepsut, dan menyampaikan kebesaran Firaun ini. Sementara arsitektur kuil makam itu sendiri layak dikagumi, fitur tertentu tampaknya lebih menonjol daripada yang lain.
Fasad teras kedua Kuil Hatshepsut, dihiasi dengan colossi Osirian dengan effygi dari sang ratu.
Salah satu fitur dari kuil makam yang memproyeksikan kebesaran Hatshepsut adalah colonnade (tiang/pilar) yang dikenal sebagai ‘Pilar Punt’, terletak di sisi kiri ramp (jalan/bidang miring) ke tingkat ketiga. Colonnade ini memiliki relief-relief yang menceritakan salah satu prestasi terbesar Hatshepsut, yaitu Ekspedisi ke Punt. Punt adalah negeri kaya yang sekarang lokasinya masih misteri.
Tidak seperti banyak relief fir’aun yang ditemukan di berbagai monumen Mesir, ekspedisi Hatshepsut tidak militeristik, tapi perdagangan adalah tujuan misi. Ini bisa menjadi indikasi prioritas Hatshepsut, meskipun Firaun mengklaim bahwa ekspedisi ini dilakukan untuk menarik upeti dari rakyat Punt. Namun demikian, ekspedisi itu sukses, dan berdasarkan relief di colonnade, banyak benda-benda mewah dan mahluk-mahluk eksotis dibawa kembali ke Mesir, termasuk pohon-pohon myrrh, emas, gading, kulit macan kumbang dan kera.
Sebagian relief yang berhasil selamat dari penghapusan dan bertahan di kuil Hatshepsut.
Sebuah misi dagang yang sukses ke negeri asing, bagaimanapun, tidak cukup untuk menggambarkan Hatshepsut sebagai firaun. Karena dia seorang wanita, Hatshepsut menentang norma dengan menjadi firaun, posisi yang disediakan untuk laki-laki saja. Dengan demikian, ia harus melegitimasi klaim ke-firaun-annya. Oleh karena itu, sebuah cerita kelahiran yang rumit juga dipahatkan ke pilar lain yang disebut “pilar kelahiran”. Menurut cerita di pilar tersebut, Hatshepsut bukan manusia biasa, tetapi memiliki keturunan dewa Amun. Diceritakan dewa Amun menyamar sebagai Firaun Thutmose I, dan mendatangi ibu Hatshepsut, Ahmose, dan menghamilinya.
Amun kemudian mengungkapkan dirinya kepada Ahmose, dan meramalkan bahwa Hatshepsut akan memerintah Mesir. Khnum, pencipta tubuh anak-anak manusia, kemudian diperintahkan untuk membentuk tubuh dan ka (kekuatan hidup) Hatshepsut. Ahmose kemudian dibimbing oleh Khnum dan Heqet ke ruang persalinan dan dengan bantuan Meskhenet, Hatshepsut lahir. Akhirnya, Hatshepsut ditampilkan disusui oleh Hathor, sementara kelahirannya dicatat oleh Seshat. Dengan begitu banyak dewa yang terlibat dalam kelahirannya, Hatshepsut memperkuat klaimnya sebagai firaun. Menariknya, cerita kelahiran yang sama juga dapat ditemukan di Karnak.
Kuil Hatshepsut dengan tebing di latar belakang.
Setelah kematian Hatshepsut, menjelang akhir masa pemerintahan Thutmose III dan awal pemerintahan penggantinya, ada upaya untuk melenyapkan sejarah firaun wanita ini. Banyak patung di kuil makam Hatshepsut yang diruntuhkan, dihancurkan dan dirusak sebelum dipendam di lubang. Prasasti dan gambar nya pada relief -relief di dinding dan pilar, termasuk pilar kelahiran juga dihapus. Dengan demikian, pada ‘pilar kelahiran’ di kuil kamar mayat Hatshepsut, gambar Hatshepsut dan Amun telah dihapus. Namun upaya untuk menghapus Hatshepsut dari sejarah bisa dikatakan gagal, karena saat ini Hatshepsut dikenang sebagai salah satu firaun Mesir yang paling sukses.
Mengapa disini disebut Hatshepsut sebagai Firaun Wanita Pertama? Bukankah pada masa dinasti ke-12 ada Sobekneferu yang juga wanita? Ya, karena gelar Firaun untuk para penguasa mesir baru dipakai pada masa dinasti ke-18! Tentang gelar Firaun (Pharaoh)
Berita Indonesia | Berita Entertaiment | Berita Gosip | Berita Artis | Berita Bola | Berita Sports | Berita Unik | Berita Aneh
DEWA POKER | JUDI ONLINE | POKER ONLINE | DOMINO ONLINE | TEXAS HOLDEM
0 komentar:
Posting Komentar