Para penduduk jelata hingga pejabat senior, dilarang protes, apalagi di depan publik. Jika nekat, hukuman mengerikan termasuk penyiksaan.
Itu adalah gambaran kehidupan normal di Korea Utara di bawah rezim Pemimpin Tertinggi, Kim Jong-un. Hal yang sama juga wajib dilakukan warga tatkala negeri itu dipimpin oleh sang ayah dan kakeknya yaitu Kim Jong-il dan Kim Il-sung.
Namun, hari-hari belakangan, warga Korut yang secara terbuka memuja Kim, diam-diam mencelanya. Hal itu diungkapkan oleh sejumlah sumber kepada Radio Free Asia.
Dikutip dari Newsweek, pada Rabu (10/5/2017), alasan berkurangnya hormat rakyat kepada Kim adalah ekonomi yang gagal dan eksekusi Kim terhadap pamannya sendiri, Jang Song-thaek.
Dua hal itu menjadi alasan bagi semakin berkurangnya dukungan moral dan penghargaan terhadap pemimpin tertinggi. Sumber bahkan mengatakan, sistem untuk menghormati Kim Jong-un mungkin "ambruk."
Menurut sumber itu, penurunan bertahap "penghormatan" terhadap pemimpin otoriter dimulai di bawah Kim Jong-il, tapi sebagian besar bersifat pribadi dan di antara teman dekat.
Namun, sejak Kim Jong-un naik ke tampuk kekuasaan pada tahun 2011, praktik tersebut jadi sedikit lebih berani di kalangan orang Korea Utara, dalam masyarakat yang telah lama tak dijamin hak asasi manusia-nya -- seperti kebebasan berekspresi atau beroposisi yang sah terhadap pemerintah.
"Bahkan saat Kim Jong-il masih hidup, ada pergeseran bertahap untuk tidak lagi menghormati pemimpin secara berlebihan," kata seorang sumber dari Provinsi Hamgyong, menurut UPI. "Lalu, saat kita memasuki era Kim Jong-un, trennya makin terbuka."
Alasan pergeseran tersebut, menurut satu sumber, terutama berasal dari kondisi ekonomi negara itu yang makin miskin, yang ternyata berdampak sangat buruk bagi warga.
"Karena kontrol negara terhadap harga komoditas hilang, jatah makanan terputus, dan pemerintah tidak lagi menawarkan bantuan, penghormatan untuk pemimpin tersebut secara bertahap hilang," kata sumber tersebut. "Kim Jong-un perlahan kehilangan pengaruhnya."
Sumber kedua yang tidak disebutkan namanya juga menyatakan bahwa sementara di tempat umum, kegiatan menghormati sang pemimpin tersebut masih dilakukan karena takut akan hukuman. Tapi secara pribadi mungkin tidak."
"Selalu ada agen mata-mata negara di antara teman dan tetangga terdekat," kata sumber tersebut. "Tapi belakangan tidak ada yang dihukum karena tidak hormat kepada Jong-un, jadi sistem mengidolakan pemimpin nampaknya akan ambruk."
Pada tahun 2014, Komisi Penyelidik Hak Asasi Manusia PBB melaporkan tindakan pemerkosaan, aborsi paksa, pembunuhan dan pemusnahan di Korea Utara.
Lembaga itu menyatakan, "baik dari berat, skala dan sifat dari pelanggaran yang dilakukan Korea Utara, tak ada bandingkannya dengan negara lain. Kejahatannya luar biasa."
0 komentar:
Posting Komentar