Berdasarkan pernyataan seperti dikutip dari CNN, Senin (29/5/2017), rudal tersebut 'diasumsikan' sebagai salah satu seri SCUD.
"Rudal itu terbang sekitar 450 kilometer," ujar pernyataan tersebut. "Korea Selatan dan Amerika Serikat saat ini menganalisis secara seksama untuk informasi tambahan. Militer kita memantau secara ketat militer Korea Utara dan menjaga kesiapan."
Menurut sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Komando Pasifik AS, North American Aerospace Defense Command mengatakan bahwa rudal tersebut tidak menimbulkan ancaman bagi Amerika Utara.
Presiden Korea Selatan Moon Jae-in memerintahkan dilakukannya pertemuan dewan keamanan nasional pada pukul 7.30 pagi. Sementara itu dalam sebuah wawancara, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengatakan sebuah 'protes keras' diajukan ke Korea Utara.
"Untuk mencegah Korea Utara, kita akan melakukan tindakan nyata bersama dengan Amerika Serikat," kata Abe.
"Kami akan menjaga kewaspadaan tinggi dalam koordinasi dengan Korea Selatan dan masyarakat internasional, serta mengambil semua langkah yang mungkin untuk menjamin keamanan masyarakat Jepang."
Korea Utara mengklaim bahwa uji coba rudal yang dilakukan sekitar dua minggu lalu membuktikan bahwa negaranya memiliki roket yang mampu membawa hulu ledak nuklir. Atas kemampuannya itu, Korut juga mengkalim bahwa daratan AS dan pangkalan militernya di pulau Guam di Pasifik berada dalam jangkauan serangan.
Korea Selatan dan Jepang mengecam peluncuran tersebut. Namun Korea Utara telah mengatakan bahwa uji coba rudalnya sebagai reaksi terhadap ancaman Korea Selatan, Amerika Serikat dan Jepang.
0 komentar:
Posting Komentar