Kontrasepsi ini menggunakan teknologi medis RISUG (Reversible Inhibition of Sperm Under Guidance) yang diciptakan pada tahun 70-an. Dan kini Parsemus Foundation mengembangkannya dengan nama Valsalgel. Cara ini diperkirakan bisa bertahan selama 10 tahun.
Pada kontrasepsi tersebut dokter akan menyuntikkan gel sintetis ke dalam vas deferens – tabung yang mengangkut sperma dari testis. Meski disuntik pria masih bisa ejakulasi, tapi gel menyaring sperma keluar dari air mani.
Vasalgel adalah non-hormonal dan hanya memerlukan pengobatan tunggal agar efektif untuk jangka waktu tertentu. Daripada memotong vas deferens seperti yang akan dilakukan pada vasektomi, prosedur Vasalgel melibatkan suntikan kontrasepsi polimer langsung ke vas deferens.
Polimer ini kemudian akan memblokir setiap sperma yang mencoba melewati tabung. Pada setiap titik, polimer dapat keluar dengan injeksi kedua jika seorang pria ingin membawa spermanya kembali kepada kecepatan semula.
Manfaat utama kontrasepsi ini tidak seperti vasektomi, seluruh prosedur benar-benar reversibel. Semua pasien akan disuntikkan larutan natrium bikarbonat di tempat yang sama, untuk melarutkan gel, seperti yang dikutip dari liputan6.com
“Apabila Anda menggunakan metode yang tidak mengharuskan Anda melakukan sesuatu, seperti Vasalgel, Anda hanya perlu mendapatkan suntikan ke dalam vas deferens. Setelah semua prosedur itu selesai dilakukan, ketika saatnya Anda berhubungan seks, Anda tidak perlu melakukan persiapan lainnya,” kata Aaron Hamlin, eksekutif Male Contraceptive Initiative, kepada Vice.
Kontrasepsi ini memang dalam percobaan. Menurut perusahaan, dalam 12 bulan penelitian kelinci, tidak ada sperma dari sampel air mani di kedua aliran.
“Uji coba manusia diharapkan mulai pada tahun 2016 dan 2017. Jika semuanya berjalan dengan baik dan dengan dukungan publik yang cukup, kami berharap Vasalgel dipasarkan pada awal 2018,” ucapnya.
0 komentar:
Posting Komentar